Jumat, 28 November 2014

Fitrah Sang Bilik Termenung (Cerita unik di balik seminar bedah buku syiah, jum’at 28/11/2014)

Tertulis di jadwal, seminar akan di mulai pada pukul 07.30, tetapi apa daya SDM (Sumber Data Manusia) penggerak yang jumlahnya terbatas membuat semua tak sesuai dengan rencan. Maklum saja Fakultas ushuluddin yang notaben adalah panitia hanya berjumlah lima belas orang, itupun terbagi di dua tempat. Sebagian stay di hall CIOS (Center for Islamic and Ocsidentalis Studies ) untuk menyambut peserta yang sudah hadir, dan sebagian lainnya mengajak teman-teman smester 1, 5, 7 dan smester kayangan (sebutan untuk smester 9 ke atas) dari fakultas ushuluddin untuk menghadiri seminar, kebetulan seminar ini di adakan oleh senat mahasiswa fakultas ushuluddin smester 3.

Kurang lebih pukul 08.30 semiar akan dimulai, saya terbangun dari mimpi indah pukul 08.00 setelah tertidur beberapa menit ba’da shalat subuh, secara reflex otak saya mengingat seminar, seminar, seminar, kata-kata seminar berputar-putar mengitari kepala saya. Hitungan menit penampilan saya berubah. Dengan mengenakan kemeja coklat dan berwaran hitam. tentu diawalai dengan mandi-mandi dll.
Sebelum melanjutkan, mungkin perlu kiranya saya menceritakan mengapa saya ko’ tidur lagi setelah subuh ?, dengan tujuan agar tidak ada dusta diantara kita. Ceritanya begini :
“Kemarin Siang saya memliki aktifitas yang dibilang padat enggak juga, tetapi   lumuyan menguras tenaga, lantaran harus keluar kampus mengurus ini itu sampai  menjelang maghrib. Stelah maghrib saya masih harus keluar karena ingin menghadiri  tabligh akbar di masjid agung ponorgo bersama ust. Yusuf Mansur. Berjam-jam  menunggu ternyata Allah berkata lain.
“Ust. Yusuf Mansur tidak bisa hadir,”  kata ketua panitia,dengan raut wajah menyesal. karena ada sedikit musibah,
“Yaaahh…” para hadirin sedikit kecewa, trutama ibu-ibu, tetapi ketua panitia tetap memberi motivasi dengan memberikan hadist- hadist Rasulallah SAW. Berhubung tabligh akbar tidak jadi, saya langsung mengaambil haluan lain, yaitu, main badminton sampai dengan jam 01.00.”
Inilah kronologi singkat yang mengahruskan saya tidur setelah subuh…(www.ceritanyakecapeakan.com)
Kembali kecerita awal, setelah berpenampilan cukup rapi, dengan langkah tegap dan cepat saya meneuju Hall CIOS, sesampainya di Hall, saya disambut dengan pena dan kertas yang berisikan kolom kehadiran dan satu kotak snack, kolom saya isi dengan menulis nama dan tanda tanagn kemudian snack saya sambar lalu saya masuk dan duduk di tengah-tengah kerumunan peserta yang datang lebih dulu dari saya. Saya tidak terlambat, karena ketika saya datang acara baru akan dimulai.
Sambil menunggu mulainya acara, kotak snack saya buka, terdapat satu gelas air mineral, satu buah gorengan dan satu buah kue basah. Gorengan saya ambil, saya makan. Kemudian kue basah saya ambil, saya makan. Kemudian air mineral saya ambil, tidak saya makan, tetapi saya minum. Tanpa saya sadari kotak snack telah kosong. Ternyata saya datang dalam kondisi perut kosong.
“Bissmillahirrahmanirrahim, assalau’alaikum Wr. Wb…” suara MC terdengat berwibawa
“Waalaikumussalam Wr. Wb …” suara peserta terdengar antusias
Susunan acara dibaca oleh MC yang diawali dengan pembukaan dilanjutkan dengan lantunan ayat suci al-Qur’an. Sebelum lantunan ayat suci selesai, saya bingung-bingung sendiri kemudian saya berusaha menenangkan diri, saya berpikir ko’ ada yang aneh, ada yang terasa ganjil pada diri saya, tapi apa itu ?. Setelah saya selidiki dan saya cermati, oh…ternyata ada panggilan alam, saya sakit perut…dengan terpaksa saya harus meninggalkan hall CIOS untuk sementara.
Yang saya pikirkan hanya satu, “Bilik Termenung”. Saya berjalan dan mencari tempat yang ada dalam pikiran saya (tak sampai mendaki gunung melewati lembah). Akhirnya saya temukan ia (bilik termenung), ia berada di selatan masjid, sandal aku lepaskan, untuk menjaga kesucian tempat wudlu (ia dan tempat wudlu berada di satu gedung). Sebelum memasukinya, saya bertemu dengan seorang takmir masjid berkebangsaan Malaysia mengenakan kaos oblong putih dan celana training panjang berwarna hitam sedang membersihkan bilik termenung dengan semagat dan penuh rasa tanggungjawab, saya bangga, takjub, dan sedikit kasihan karena pak cik seorang diri membersihkan 4 bilik termenung. 
Saya                : “bersih bersih pak cik ?” tanya saya sedikit ramah
Pak cik             : “iya bang…?” Jawab pak cik…ini Malaysia ko manggil abang piker saya…
Saya                : “sendiri pak cik ? mana yag lain ?” dengan penasara, karena melihat kondisi pak cik yang berlumuran keringat
Pak cik            : “berdua bang, yang lain membersihkan masjid”
Saya                : “oh…saya ga enak pak cik”, lanjut saya, “masak baru dibersihkan mau dikotori lagi ?” sambil senyum-senyum simple…
Pak cik             : “ga apa-apa bang…sudah fitrahnya juga”…
Saya                : “oh…” menganggukkan kepala dan senyum sedikit lebar
Sebelum mencurahkan hajat, di dalam saya berpikir, ternyata bilik termenung mempunyai fitrah, yang statusnya adalah tempat pembuangan akhir, apa lagi manusia yang sebagai khalifah fi al-‘ardi. Bilik termenung yang identic degan tempat yang profan saja, memiliki istiliah yang baik dan suci. Saya kurang tau apakah ia memiliki fitrah atau tidak? terlepas dari itu, ada hal positif yang bisa kita ambil, yaitu ia (bilik termenung) tidak akan mungkin keluar dari awal mula tujuan pembuatannya, coba saja kita bayangkan bagaimana seandainya bilik termenung merubah dirinya menjadi ruang makan ?, atau menjadi kamar tidur ?, mungkin istilah fitrah tadi saya rasa benar, meskipun  kurang tepat penggunaannya,

Kita manusia yang sudah jelas memiliki fitrah yang benar dan tepat, dan memiliki banyak fitrah, sudah jelas dan benar juga kita masih sering belum bisa menjalani tugas dari tujuan awal  penciptaan kita, kita masih sering keluar dari fitrah, fitrah kita masih kalah dengan hawa nafsu.

0 komentar:

Posting Komentar