Tertulis di
jadwal, seminar akan di mulai pada pukul 07.30, tetapi apa daya SDM (Sumber
Data Manusia) penggerak yang jumlahnya terbatas membuat semua tak sesuai dengan
rencan. Maklum saja Fakultas ushuluddin yang notaben adalah panitia hanya
berjumlah lima belas orang, itupun terbagi di dua tempat. Sebagian stay di hall
CIOS (Center for Islamic and Ocsidentalis Studies ) untuk menyambut peserta yang
sudah hadir, dan sebagian lainnya mengajak teman-teman smester 1, 5, 7 dan
smester kayangan (sebutan untuk smester 9 ke atas) dari fakultas ushuluddin
untuk menghadiri seminar, kebetulan seminar ini di adakan oleh senat mahasiswa
fakultas ushuluddin smester 3.
Kurang lebih
pukul 08.30 semiar akan dimulai, saya terbangun dari mimpi indah pukul 08.00
setelah tertidur beberapa menit ba’da shalat subuh, secara reflex otak saya
mengingat seminar, seminar, seminar, kata-kata seminar berputar-putar mengitari
kepala saya. Hitungan menit penampilan saya berubah. Dengan mengenakan kemeja
coklat dan berwaran hitam. tentu diawalai dengan mandi-mandi dll.
Sebelum
melanjutkan, mungkin perlu kiranya saya menceritakan mengapa saya ko’ tidur
lagi setelah subuh ?, dengan tujuan agar tidak ada dusta diantara kita.
Ceritanya begini :
“Kemarin Siang saya memliki aktifitas yang dibilang padat enggak
juga, tetapi lumuyan menguras tenaga,
lantaran harus keluar kampus mengurus ini itu sampai menjelang maghrib. Stelah maghrib saya masih
harus keluar karena ingin menghadiri tabligh
akbar di masjid agung ponorgo bersama ust. Yusuf Mansur. Berjam-jam menunggu ternyata Allah berkata lain.
“Ust. Yusuf Mansur tidak bisa hadir,” kata ketua panitia,dengan raut wajah menyesal.
karena ada sedikit musibah,
“Yaaahh…” para hadirin sedikit kecewa, trutama ibu-ibu, tetapi
ketua panitia tetap memberi motivasi dengan memberikan hadist- hadist
Rasulallah SAW. Berhubung tabligh akbar tidak jadi, saya langsung mengaambil
haluan lain, yaitu, main badminton sampai dengan jam 01.00.”
Inilah kronologi singkat yang
mengahruskan saya tidur setelah subuh…(www.ceritanyakecapeakan.com)
Kembali
kecerita awal, setelah berpenampilan cukup rapi, dengan langkah tegap dan cepat
saya meneuju Hall CIOS, sesampainya di Hall, saya disambut dengan pena dan
kertas yang berisikan kolom kehadiran dan satu kotak snack, kolom saya isi
dengan menulis nama dan tanda tanagn kemudian snack saya sambar lalu saya masuk
dan duduk di tengah-tengah kerumunan peserta yang datang lebih dulu dari saya.
Saya tidak terlambat, karena ketika saya datang acara baru akan dimulai.
Sambil menunggu
mulainya acara, kotak snack saya buka, terdapat satu gelas air mineral, satu
buah gorengan dan satu buah kue basah. Gorengan saya ambil, saya makan. Kemudian
kue basah saya ambil, saya makan. Kemudian air mineral saya ambil, tidak saya
makan, tetapi saya minum. Tanpa saya sadari kotak snack telah kosong. Ternyata
saya datang dalam kondisi perut kosong.
“Bissmillahirrahmanirrahim,
assalau’alaikum Wr. Wb…” suara MC
terdengat berwibawa
“Waalaikumussalam Wr. Wb …” suara peserta terdengar antusias
Susunan acara
dibaca oleh MC yang diawali dengan pembukaan dilanjutkan dengan lantunan ayat
suci al-Qur’an. Sebelum lantunan ayat suci selesai, saya bingung-bingung
sendiri kemudian saya berusaha menenangkan diri, saya berpikir ko’ ada yang
aneh, ada yang terasa ganjil pada diri saya, tapi apa itu ?. Setelah saya
selidiki dan saya cermati, oh…ternyata ada panggilan alam, saya sakit
perut…dengan terpaksa saya harus meninggalkan hall CIOS untuk sementara.
Yang saya
pikirkan hanya satu, “Bilik Termenung”. Saya berjalan dan mencari tempat yang
ada dalam pikiran saya (tak sampai mendaki gunung melewati lembah). Akhirnya
saya temukan ia (bilik termenung), ia berada di selatan masjid, sandal aku
lepaskan, untuk menjaga kesucian tempat wudlu (ia dan tempat wudlu berada di
satu gedung). Sebelum memasukinya, saya bertemu dengan seorang takmir masjid
berkebangsaan Malaysia mengenakan kaos oblong putih dan celana training panjang
berwarna hitam sedang membersihkan bilik termenung dengan semagat dan penuh
rasa tanggungjawab, saya bangga, takjub, dan sedikit kasihan karena pak cik
seorang diri membersihkan 4 bilik termenung.
Saya
: “bersih bersih pak cik ?” tanya saya sedikit
ramah
Pak cik : “iya bang…?” Jawab pak cik…ini Malaysia ko
manggil abang piker saya…
Saya
: “sendiri pak cik ? mana yag lain ?” dengan
penasara, karena melihat kondisi pak cik yang berlumuran keringat
Pak cik : “berdua bang, yang lain membersihkan masjid”
Saya : “oh…saya ga
enak pak cik”, lanjut saya, “masak baru dibersihkan mau dikotori lagi ?” sambil
senyum-senyum simple…
Pak cik : “ga apa-apa
bang…sudah fitrahnya juga”…
Saya : “oh…” menganggukkan
kepala dan senyum sedikit lebar
Sebelum
mencurahkan hajat, di dalam saya berpikir, ternyata bilik termenung mempunyai fitrah,
yang statusnya adalah tempat pembuangan akhir, apa lagi manusia yang sebagai khalifah
fi al-‘ardi. Bilik termenung yang identic degan tempat yang profan saja,
memiliki istiliah yang baik dan suci. Saya kurang tau apakah ia memiliki fitrah
atau tidak? terlepas dari itu, ada hal positif yang bisa kita ambil, yaitu ia (bilik
termenung) tidak akan mungkin keluar dari awal mula tujuan pembuatannya, coba
saja kita bayangkan bagaimana seandainya bilik termenung merubah dirinya
menjadi ruang makan ?, atau menjadi kamar tidur ?, mungkin istilah fitrah tadi
saya rasa benar, meskipun kurang tepat penggunaannya,
0 komentar:
Posting Komentar