Senin, 24 November 2014

Kajian Perdana Ushuluddin

Berawal dari kegelisahan akan tantangan dunia Islam dimasa kini, diiringi kehausan inteleltual yang melanda mahasiswa baru fakultas ushuluddin Universitas Darussalam. Tepatnya pada malam senin 24 agustus 2014 kami melouncing kajian perdana mingguan, membuka cakrawala berfikir mereka yang lugu keilmuan dan masih meraba  keilmuan ushuluddin. Dengan dihadiri oleh delapan pengurus senat dan kurang lebih tiga puluh mahasiwa baru fakultas ushuluddin membuat suasana gedung rusunawa satu hidup dan bergemuruh, serasa dalam suasana dialog para pemikir dan agamawan. Redupnya lampu tak membuat semangat kami surut, keyakinan akan menemui secercah cahaya kebenaran intelektual membuat kami terpompa. Acara ini diselenggarakan, disamping ingin mengenalkan apa itu ushuluddin, juga bertujuan untuk saling mengenal dan mempererat tali persudaraan antar fakultas ushuluddin.
Didampingi satu botol air mineral dan sepiring keripik singkong, seorang dari pengurus senat memuqoddimahi dengan obrolan-obrolan ringan namun memikat. Diawali dari penjelasan tiga program studi ( Prodi ) yang ada dibawah naungan fakultas Uhuluddin. Perbandingan Agama sebagai Prodi tertua yang sekarang diketuai oleh H. Adib Fuadi Nuris, M.A, M.Phil, dan disusul oleh Ilmu Aqidah yang diketuai oleh  H. Ismail Budi Prasetyo, S.Ag, kemudian Ilmu Al-Qur’an & Tafsir sebagai prodi termuda yang beberapa bulan lalu mangadakan visitasi, dan diketuai oleh H. Asif Trisnani, Lc, M.A. dan Dekan Fkultas Ushuluddin adalah H. Syamsul Hadi Untung M.A, M.Ls   
Setelah menjelaskan Sturktur Pengurus Fakultas, kami memulai Dengan memberikan penjelasan secara global mengenai materi dan objek kajian ushuluddin. Kami sedikit menyenggol isu-isu aktual & kontemporer pemikiran, seperti : Skualrisme  & Liberalisme yang ada di Indonesia. Kami sampaikan bahwa, kedua paham tersebut adalah produk barat yang dihadiahkan kepada dunia. Sekularisme dalam definisi yang umum adalah paham yang memisahkan antara agama dan dunia, sedangkan liberalisme adalah paham yang mengedepankan kebebasan individual, atau bisa dikatakan kebebasan tanpa batas. Sejarah munculnya kedua paham ini, tidak terlepas dari masa kelam yang dialami barat pada abad pertengahan (the dark ages) atau mereka juga menyebutnya sebagai “zaman pertengahan“ ( the medieval ages ). Pada masa ini mereka merasa terkekang dibawah hegomoni gereja, gereja mengklaim bahwa ia sabagai wakil Tuhan yang memiliki otoritas tertinggi, banyak tindakan tidak manusiawi yang dilakukan kepada masyarakat yang membantah dogma-dogma egereja, yang sangat familiar adalah ingkuisisi. Ingkuisis merupakan lembaga yang bertugas untuk menyiksa orang-orang yang tidak patuh pada aturan gereja.  Dari sinlahi mereka terinspirasi untuk melepaskan diri dari cengkraman gereja, mereka lebih memilih hidup sekular-liberal. Di era ini mereka menganggap  agama sebagai momok yang harus dihindari dan tidak diakui lagi eksistensinya.
Disaat yang sama, tidak sedikit dari umat Islam yang pemikirannya terkontaminasi oleh paham-paham ini, bukan dari kalangan masyarakat yang berpendidikan rendah yang terjangkit paham ini tetapi sebaliknya, bahkan seorang guru besar terjangkit virus ini, adalah Prof. Musdah Mulia, Guru Besar Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menghalalkan Lesbianisme dan Homo seksual dengan membolak balik makna al-Qur’an semena-mena, al-Qur’an dipaksa mengikuti akal pikiran busuknya yang tak punya landasan sama sekali.    
Beberapa dekade ini, Islam dan penganutnya dirusak melalui ideologi dan  worldviewnya. Tetapi mereka tidak cukup puas dengan itu, mereka mulai mengkritisi kitab-kitab Turas, Fiqh, dan Hadist, bahkan al-Qur’an yang sudah jelas keontetikan dan kevaliditasanya pun mulai dikeritisi.
Ingin mengetahui lebih mendalam mengenai skularisme dan liberalisme, lanjut kami, silahkan baca buku milik pak Adian Husaini, Mengapa Barat Menjadi Sekular-Liberal ?, diterbitkan oleh Center for Islamic and Occidental Studies ( CIOS ).
Uraian mengenai dua paham tersebut, dengan penyampain bahasa  lugas dan tegas membuat mereka terkesima dengan ushuluddin. Satu point terpenting yang kami sampaikan, bahwasanya ushuluddin mampu menjawab tantangan dunia Islam masa kini dan masa mendatang, ushuluddin sebagai wadah pembendung arus pemikiran Barat (Sekularisme, Liberalisme, Pluralisme) yang sekarang dianggap sebagai dogma tak terbantahkan dan sebagai Dewa bagi penganutnya.
Malam semakin larut, mata tak kuasa menahan kantuk yang melanda sebagian dari kami, kejenuhan tampak dari wajah kawan-kawan semester 1, kami mengakui obrolan-obrolan mengenai perdaban dan pemikiran Islam  sedikit berat bagi pemula. Akhirnya kami menutup kajian ini dengan berpesan agar jangan berkecil hati berada di fakultas ushuluddin, kami juga menyampaikan bahwa kajian adalah ruh ushuluddin. Kajian, diskusi, membaca, menulis adalah bagian dari ushuluddin, tanpa semua itu ushuluddin bagaikan mayat hidup.

Satu pertanyaan untuk temen-teman semester 1, “ apa salah satu alasan Tuhan menciptakan lima jari ? “ salah satunya adalah untuk ANDCISSSSS…( Associaton of New Developer and Center For Islamic Studies ). Ushuluddin…!!! ANDCISSSSS….!!!!

0 komentar:

Posting Komentar