Berawal dari kegelisahan akan tantangan dunia Islam dimasa kini,
diiringi kehausan inteleltual yang melanda mahasiswa baru fakultas ushuluddin
Universitas Darussalam. Tepatnya pada malam senin 24 agustus 2014 kami
melouncing kajian perdana mingguan, membuka cakrawala berfikir mereka yang lugu
keilmuan dan masih meraba keilmuan
ushuluddin. Dengan dihadiri oleh delapan pengurus senat dan kurang lebih tiga
puluh mahasiwa baru fakultas ushuluddin membuat suasana gedung rusunawa satu
hidup dan bergemuruh, serasa dalam suasana dialog para pemikir dan agamawan. Redupnya
lampu tak membuat semangat kami surut, keyakinan akan menemui secercah cahaya
kebenaran intelektual membuat kami terpompa. Acara ini diselenggarakan, disamping
ingin mengenalkan apa itu ushuluddin, juga bertujuan untuk saling mengenal dan
mempererat tali persudaraan antar fakultas ushuluddin.
Didampingi satu botol air mineral dan sepiring keripik singkong, seorang
dari pengurus senat memuqoddimahi dengan obrolan-obrolan ringan namun memikat. Diawali
dari penjelasan tiga program studi ( Prodi ) yang ada dibawah naungan fakultas
Uhuluddin. Perbandingan Agama sebagai Prodi tertua yang sekarang diketuai oleh H.
Adib Fuadi Nuris, M.A, M.Phil, dan disusul oleh Ilmu Aqidah yang diketuai
oleh H. Ismail Budi Prasetyo, S.Ag, kemudian
Ilmu Al-Qur’an & Tafsir sebagai prodi termuda yang beberapa bulan lalu
mangadakan visitasi, dan diketuai oleh H. Asif Trisnani, Lc, M.A. dan Dekan
Fkultas Ushuluddin adalah H. Syamsul Hadi Untung M.A, M.Ls
Setelah menjelaskan Sturktur Pengurus Fakultas, kami memulai Dengan
memberikan penjelasan secara global mengenai materi dan objek kajian
ushuluddin. Kami sedikit menyenggol isu-isu aktual & kontemporer pemikiran,
seperti : Skualrisme & Liberalisme yang
ada di Indonesia. Kami sampaikan bahwa, kedua paham tersebut adalah produk
barat yang dihadiahkan kepada dunia. Sekularisme dalam definisi yang
umum adalah paham yang memisahkan antara agama dan dunia, sedangkan liberalisme
adalah paham yang mengedepankan kebebasan individual, atau bisa dikatakan
kebebasan tanpa batas. Sejarah munculnya kedua paham ini, tidak terlepas dari
masa kelam yang dialami barat pada abad pertengahan (the dark ages) atau
mereka juga menyebutnya sebagai “zaman pertengahan“ ( the medieval ages
). Pada masa ini mereka merasa terkekang dibawah hegomoni gereja, gereja
mengklaim bahwa ia sabagai wakil Tuhan yang memiliki otoritas tertinggi, banyak
tindakan tidak manusiawi yang dilakukan kepada masyarakat yang membantah
dogma-dogma egereja, yang sangat familiar adalah ingkuisisi. Ingkuisis merupakan
lembaga yang bertugas untuk menyiksa orang-orang yang tidak patuh pada aturan
gereja. Dari sinlahi mereka
terinspirasi untuk melepaskan diri dari cengkraman gereja, mereka lebih memilih
hidup sekular-liberal. Di era ini mereka menganggap agama sebagai momok yang harus dihindari dan
tidak diakui lagi eksistensinya.
Disaat yang sama, tidak sedikit dari umat Islam yang pemikirannya
terkontaminasi oleh paham-paham ini, bukan dari kalangan masyarakat yang
berpendidikan rendah yang terjangkit paham ini tetapi sebaliknya, bahkan
seorang guru besar terjangkit virus ini, adalah Prof. Musdah Mulia, Guru Besar
Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menghalalkan Lesbianisme dan
Homo seksual dengan membolak balik makna al-Qur’an semena-mena, al-Qur’an
dipaksa mengikuti akal pikiran busuknya yang tak punya landasan sama sekali.
Beberapa dekade ini, Islam dan penganutnya dirusak melalui ideologi
dan worldviewnya. Tetapi mereka tidak
cukup puas dengan itu, mereka mulai mengkritisi kitab-kitab Turas, Fiqh, dan Hadist,
bahkan al-Qur’an yang sudah jelas keontetikan dan kevaliditasanya pun mulai
dikeritisi.
Ingin mengetahui lebih mendalam mengenai skularisme dan
liberalisme, lanjut kami, silahkan baca buku milik pak Adian Husaini, Mengapa
Barat Menjadi Sekular-Liberal ?, diterbitkan oleh Center for Islamic and
Occidental Studies ( CIOS ).
Uraian mengenai dua paham tersebut, dengan penyampain bahasa lugas dan tegas membuat mereka terkesima
dengan ushuluddin. Satu point terpenting yang kami sampaikan, bahwasanya
ushuluddin mampu menjawab tantangan dunia Islam masa kini dan masa mendatang,
ushuluddin sebagai wadah pembendung arus pemikiran Barat (Sekularisme,
Liberalisme, Pluralisme) yang sekarang dianggap sebagai dogma tak terbantahkan
dan sebagai Dewa bagi penganutnya.
Malam semakin larut, mata tak kuasa menahan kantuk yang melanda
sebagian dari kami, kejenuhan tampak dari wajah kawan-kawan semester 1, kami
mengakui obrolan-obrolan mengenai perdaban dan pemikiran Islam sedikit berat bagi pemula. Akhirnya kami menutup
kajian ini dengan berpesan agar jangan berkecil hati berada di fakultas
ushuluddin, kami juga menyampaikan bahwa kajian adalah ruh ushuluddin. Kajian,
diskusi, membaca, menulis adalah bagian dari ushuluddin, tanpa semua itu
ushuluddin bagaikan mayat hidup.
Satu pertanyaan untuk temen-teman semester 1, “ apa salah satu
alasan Tuhan menciptakan lima jari ? “ salah satunya adalah untuk ANDCISSSSS…( Associaton
of New Developer and Center For Islamic Studies ). Ushuluddin…!!!
ANDCISSSSS….!!!!
0 komentar:
Posting Komentar